TRIBUNMANADO.CO.ID,TOMOHON - Memasuki tahun 1930, puncak dari segala puncak lunturnya bahasa Tombulu. Saat itu sebagian orang asli mengidentikan bahasa Tombulu sebagai bahasa yang tertinggal jaman, tak memiliki gengsi tinggi.
"Berubahnya orang lebih suka pakai bahasa melayu dan Indonesia," kata Antropolog Sulawesi Utara, Ricardo Renwarin kepada TRIBUNMANADO.CO.ID, Rabu (25/5) .
Karena itu, tutur Ricardo, untuk menghidupkan kembali bahasa karya leluhur orang Tomohon maka diperlukan upaya kebangkitan berupa memberikan kurikulum bahasa Tombulu di lembag-lembaga sekolah maupun perguruan tinggi.
"Atau bisa dimasukan ke karya-karya seni musik atau bahasa ungkapan-ungkapan," ujar lulusan antropologi Universitas Leiden Belanda ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar