Teks | Arti |
O Ina Ni Keke | O Ibu dari Keke ( Keke adalah nama panggilan untuk anak perempuan) |
Mange Wisa Ko | Mau pergi ke mana kau |
Mange wi ti Wenang | Mau ke Manado |
Tu meles Walekow | Mau membeli “walekow” |
Ref: | |
Wehane, wehane, wehane toyo | Berilah, berilah, berilah sedikit |
Zeimo siapa | Sudah tidak ada |
Ko tare mahaley | Kau baru meminta |
Keterangan:
- Lagu ini merupakan semacam dialog antara dua orang, yaitu seorang ibu dengan seorang lain yang sudah dikenalnya. Dialog ini tampaknya terjadi “di tengah “ jalan. Kedekatan si Ibu dan partner dialognya tampak pada jawaban yang jujur dan “to the point” yang diberikan oleh si Ibu ketika ditanya “mau ke mana?”. Dalam masyarakat Tombulu, pertanyaan “mau ke mana” adalah pertanyaan yang umum dan bisa diajukan kepada siapa saja tanpa melihat kedekatan hubungan atau sekedar pertanyaan “basa-basi”. Yang menentukan kualitas hubungan mereka adalah jawaban yang diberikan . Jika yang ditanya merasa bahwa itu hanya pertanyaan “basa-basi” maka dia hanya akan menjawab: “mange witi’i” (“mau pergi ke sana”, sambil yang bersangkutan mengarahkan tangannya ke depan atau bahkan menjawab “mange ti anu”/mau pergi ke suatu tempat). Jawaban yang sedemikian tidak akan membuat si penanya tersinggung kecuali kalau si penanya itu sendiri merasa bahwa hubungan mereka cukup dekat. Biasanya dia akan meminta jawaban yang lebih spesifik. Pada dialog lagu O Ina Ni Keke, jelas sekali kalau si Ibu memberi jawaban yang jelas yaitu “Mau ke Manado”
- Teks lagu di atas mungkin merupakan versi “yang salah” bagi mereka yang biasa melihat tulisan yang umumnya ada maupun mendengarkan lagu itu dalam berbagai rekaman. Akan tetapi, jika konsisten bahwa O Ina Ni Keke itu semuanya berdasarkan pada bahasa Tombulu maka teks di atas sepertinya yang paling mendekati versi Tombulu yang sebenarnya. Pertama, ada yang menulis “mange ATI wenang” bukan “mange WITI wenang” kemungkinan terpengaruh dengan dialek Tonsea atau dialek suku lainnya di Minahasa mengingat Minahasa terdiri dari beberapa suku besar atara lain Tombulu, Tonsea, Tondano, dll yang memiliki bahasa yang berbeda. Demikian juga penggunaan “Daimo siapa ko tare makiwe” bukan “Zeimo siapa ko tare mahaley” tidak lepas dari pengaruh bahasa bukan Tombulu.
- Kata yang cukup membingungkan sampai saat ini adalah “Walekow” (Versi Tonsea “Baleko”). Kata tersebut sulit untuk diterjemahkan dan masih simpang siur pemahamannya. Ada yang menggatakan “Walekow” berasal dari dua kata yaitu “wale” (rumah) dan “koki” (kecil). Terjemahan itu tentu tidak bisa diterima karena membeli rumah tidak mungkin ke Manado mengingat rumah orang Tombulu justru terbuat dari kayu dan sebaliknya orang yang di Manado (kota) yang kadang pergi membeli rumah di desa (rumah panggung yang knock down). Selain itu, si ibu diminta untuk membagi “walekow” tersebut meski hanya sedikit. Kalau “walekow” itu rumah tentu tidak bisa dibagi dan tentu tidak habis secepatnya seperti yang disampaikan oleh Ibu dari Keke. Keke merupakan nama panggilan kesayangan untuk anak perempuan. Oleh karena itu, mungkin “walekow” adalah nama suatu benda khas kota yang sering dijadikan “oleh-oleh” atau sejenis makanan yang agak sulit didapatkan di luar kota Manado.
- “Keanehan” yang lebih mendasar pada lagu O Ina Ni Keke justru terletak pada kurun waktu peristiwa itu terjadi. Dialog pertama (sebelum Ref) jelas menunjukkan bahwa Ibu dari Keke BELUM ke Manado (mange wisako=mau kemana). Akan tetapi pada dialog kedua (Ref), pasangan dialog dari si Ibu sudah meminta apa yang sebelumnya baru akan dibeli si Ibu di Manado (wehane, wehane, wehane toyo = berilah, berilah, beri walau hanya sedikit; Zeimo siapa, ko tare mahaley = sudah tidak ada, baru kamu meminta). Mungkin pencipta lagu itu memang menyatukan dua peristiwa berbeda yaitu sebelum si Ibu berangkat ke Manado dan peristiwa setelah si ibu kembali dari Manado. Kemungkinan lain, terjadi perubahan pada teks itu setelah lama lagu itu diciptakan yang mana “bentuk lampau” (past tense) pada dialog pertama telah diubah menjadi “bentuk sekarang” (present tense). Jika terjadi demikian maka teks O Ina Ni Keke pada dialog pertama akan menjadi: O Ina Ni Keke, MANGEME wisako (O ibu dari Keke, baru darimana kau); MANGEME ti wenang (baru saja pergi ke Manado): TIMELESE walekow (telah membeli walekow). Mana yang benar, apa masih ada yang peduli???
Ketika saya kembali ke tanah kelahiran yang mana masih cukup banyak yang menggunakan Bahasa Tombulu sebagai bahasa sehari-hari, Menurut salah satu "orang tua", WALEKOW ternyata nama sejenis kue yang sekarang memang sudah tidak ada. Beliau memang agak sulit untuk mendeskripsikannya karena memang sudah lama tidak menemukannya. Beliau juga menyebutkan bahwa memang ada yang menyebut WALEKOW itu dengan BALEKO.
BalasHapusWaktu sy kecil, sy suka menyanyikan lagu ini dgn ibu saya utk ujian kesenian SD yg mengharuskan menyanyi lagu daerah. Walaupun sy tdk tahu artinya.
BalasHapusLirik lagunya beda dgn yg di atas,zeimo=daimo walekow=baleko
Soal perbedaan lirik itu tidak apa-apa karena disebabkan hanya karena dialek suku-suku di Minahasa, tapi artinya tetap sama. Bahkan jika lagu ini digunakan untuk lomba, kita bisa disalahkan jika menggunakan lirik seperti dalam postingan ini.
Hapussaya besok nyanyi lagu ini.. pelajaran sejarah disuruh nyanyi lagu daerah
BalasHapusdan kayaknya saya bakal pke lirik yg sudah terpengaruh suku lain ituu
lagu ini keren, walau saya bukan dari Manado dan sering nyanyi2 karena enak dinyanyikan dengan melengking. wehehee ...
BalasHapusWalekow itu masih ada. Kalau di Jawa namanya jadi wingko.
BalasHapuswingko bahan utamanya adalah kelapa muda. Kue yang agak mirip dengan wingko yang pernah saya lihat di kampung disebut "lalampa". Apa itu yang dimaksudkan?
HapusMaaf bukan "lalampa" tapi "kalapa". karena memang bahannya lebih banyak dari kelapa.
Hapusterima kasih atas arti lagu yg bagus ini ...
BalasHapuspencipta lagu ini siapa
BalasHapusSampai saat ini tidak ada yang mengklaim sebagai penciptanya. Mungkin karena sudah terlalu lama diciptakan dan dokumentasi secara tertulis pada waktu itu belum ada.
HapusLagu O INA NI KEKE, sangat terkenal di Toraja khususnya untuk musik bambu (pa'pompang) bila memperingati hari kemerdekaan negara kita Indonesia setiap tgl. 17 Agustus, rasanya tidak lengkap apabila memainkan musik bambu di Toraja tanpa melagukan lagu tersebut, liriknyapun digubah menjadi : oh pia' pia' da'mu mamma'bang, nonimo tu manuk ma'kikok dassi (2x), millikko millikko talao mendio' talao massikkola situru' turu' (2x), konon musik bambu di Toraja dibawa oleh orang Sangir (Manado) yg jadi guru di Toraja sejak jaman Belanda.
BalasHapusWah, tambahan informasi yang menarik. Apakah terjemahan dalam bahasa Toraja itu masih mirip dengan terjemahan O Ina Ni Keke atau berarti lain?
HapusSaya James Sinaya bila Walekow dianggap oleh oleh sejenis makanan dan bila itu dianggap adalah Wingko ( di jawa ) maka itu adalah Bobengka Di Minahasa. Terbuat dari beras pulo dan kelapa muda dan gula
BalasHapusWALEKOW itu kalo tidak salah nama kue dari beras yg dipanggang dgn campuran gula merah. Di manado disebut BALEKO sedangkan di gorontalo disebut BALEKOWA tapi kue ini sudah jarang ketemu.
HapusKue Bobengka sering dibuat Almarhum Oma saya ketika saya masih kecil sampai saya remaja. Kenangan indah bersama Oma pada waktu menikmati kue favorit itu membuat saya jadi comment disini.
HapusSaya beruntung bertemu dengan website ini, karena saya bisa lebih banyak tahu. Maklumlah saya dari lahir sampai sekarang, 49thn besar di Jakarta. Jarang sekali ke Menado atau Lansot(kampung keluarga.
Kalo kue WALEKOW saya tdk pernah tau, tapi kalo BOBENGKA saya sering makan dr saat saya msh kecil. Bahkan sampai skrg masih bisa saya dapatkan di Rest Beautika Jaksel dgn rasa yg sama. Oke banget deh pokoknya.
HapusInfo yang menarik, kapan kita bisa ngumpul bareng di Beautika. Rasanya semua info patut kita kumpulkan dalam sebuah buku. Yuks, ngumpul di 081315002680.
HapusWah, sungguh suatu informasi yang berharga untuk memahami budaya kita dan khususnya makna lagu O Ina Ni Keke. Sangat masuk akal jika yang dimaksudkan sebagai "walekow" atau "Baleko" itu memang tembakau (towaku). Terima kasih saudara Joutje, sekiranya berkenan untuk menjadi kontributor untuk blog ini, saya sangat senang karena dari beberapa teman yang saya ajak, sampai saat ini belum ada yang berminat.
BalasHapusTentunya tembakau zaman doeloe adalah yang baik buat kesehatan, ya.
HapusTerima kasih, saya sudah melihat postingan pak Joutje tersebut tapi memang belum sempat mengomentarinya. Mohon dapat mengirimkan alamat email ke bahasatombulu@gmail.com agar saya dapat segera menambahkan. Terima kasih
BalasHapusSelamat siang.
BalasHapusJika saya boleh menyampaikan saran...
Bagi teman-teman yang memiliki talenta lebih dibidang bahasa Tombulu.., kiranya boleh menerbitkan kamus bahasa Tombulu dan bagaimana cara menyusun kata-katanya sehingga bisa menjadi satu kalimat yang tepat. Kamus tersebut akan sangat membantu bagi kawula muda Minahasa yg belum bisa berbahasa daerah, khususnya bahasa Tombulu. Sekian dan terima kasih. Pakatuan wo Pakalawiren.😊
Waktu masih kecil, sering nyanyi lagu "kasih ibu" pake bahasa tombulu... kangen,,, tapi lupa liriknya... :'( bisa dibuatkan nggak???
BalasHapusMenarik sekali, saya jadi penasaran dengan Lagu "Kasih Ibu" dengan Bahasa Tombulu.
Hapus